Rabu, 05 Januari 2011

FASE PERKEMBANGAN DEWASA AWAL ATAU DEWASA MUDA (20-40 TAHUN)

Oleh : Muhammad Abdul Nafi' *

A. PENDAHULUAN

Setiap manusia secara Sunnatullah saling terkait. Sehingga, akan membentuk kelompok-kelompok kecil yang notabennya adalah sebuah komunitas dan akan berbaur membentuk komunitas besar. Satu dengan yang lainnya akan saling berinteraksi, entah berinteraksi positif (saling tolong-menolong, gotong royong, bekerja sama) maupun interaksi negative (saling menjatuhkan, menindas, mengadu domba, dll). Hubungan atau interaksi antar manusia perlu adanya aturan yang mampu mengubah atau menjadikan tatanan yang buruk menjadi lebih baik. Dalam masyarakat banyak sekali norma-norma yang mengatur, tetapi masih saja kurang efektif dalam pelaksanaannya. Ada satu argument kuat, bahwa aturan yang paling baik dan efektif adalah aturan yang termaktub dalam agama Islam. Disamping aturan yang baik, unsur pendidikan dan usia menjadi faktor yang cukup menentukan dalam terwujudnya tatanan sosial yang baik. Pengelompokan manusia berdasarkan usia akan membantu dalam berinteraksi dengan mereka. Interaksi dengan anak-anak sudah barang tentu berbeda dengan orang dewasa.
Para psikolog melakukan eksperimen, bahwa usia-usia paling produktif adalah usia antara 20-40 tahun. Dewasa awal atau yang sering disebut juga dengan dewasa muda, yaitu antara umur 20-40 tahun merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif maupun psikososio-emosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bijaksana. Seorang dewasa muda telah menunaikan tugas perkembangan masa remaja seperti telah menyelesaikan pendidikan menengah maupun atas, mengikuti dan menamatkan pendidikan tinggi(universitas), meniti dan meraih puncak karir, menikah, membentuk dan membina keluarga baru, berpartisipasi sebagai warga negara yang aktif dan produktif untuk memantapkan status social ekonomi keluarga dan sebagainya. Pemerintah Negara Indonesiapun menaruh perhatian terhadap dewasa muda, karena mereka akan menduduki posisi kepemimpinan bangsa dimasa depan, sehingga perlu dibentuk kementrian pemuda. Mengingat betapa peran strategis yang penting pada kaum muda, maka sudah selayaknya memikirkan, memahami dan membuat kebijakan yang tepat bagi mereka.
Dengan latar belakang demikian, maka penulis memberanikan diri untuk menyusun artikel ini dengan tujuan untuk mempelajari dan memahami aspek-aspek perkembangannya secara komprehensif dan terintegratif. Semoga artikel ini bermanfaat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Dewasa muda sebagai masa transisi
2. Aspek-aspek perkembangan fisik
3. Perkembangan psikologi dewasa muda
4. Perkembangan keagamaan

C. PEMBAHASAN MASALAH

1. Dewasa muda sebagai masa transisi
Ada beberapa transisi pada masa ini :
a. Transisi fisik
Pada usia ini seorang dewasa muda mengalami masa peralihan dari masa remaja menuju masa tua. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja,menikah, dan mempunyai anak. Perubahan fisiknya misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
b. Transisi Intelektual
Pada usia ini seorang dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berfikir abstrak,logis, dan rasional. Dari sisi intelektual mereka sebagian besar sudah lulus sma dan memasuki perguruan tinggi. Kemudian, setelah lulus perguruan tinggi mereka mengembangkan karir untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya.
c. Transisi peran social
Pada usia ini seseorang akan mencari pasangan dan menikah serta memisahkan diri dari kedua orang tuanya. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga sedangkan seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga, dengan tanpa meninggalkan karir bekerja. Peran mereka semakin luas, tidak hanya pribadi tetapi mengurus anak-anak, keluarga dan masyarakat sekitar, seperti aktif dalam PKK dan RT.
2. Aspek-aspek perkembangan fisik
Golongan dewasa muda telah mencapai puncak kekuatan, energy, dan ketekunan yang prima. Secara fisik mereka mempunyai kekuatan tubuh yang prima, sehingga mereka giat melakukan aktifitas seolah-olah tidak mengenal rasa lelah. Barangkali berbagi kegiatannya sangat padat dan masinh-masing harus memperoleh perhatian serius. Namun mereka tetap tekun dalam melakukan aktifitas-aktifitas itu sampai menghabiskan banyak waktu, energy ataupun biaya terus menerus. Akibatnya mereka bekerja sampai jauh malam bahkan kadang-kadang lupa mengurus diri sendiri, misalkan lupa makan, mandi, istirahat. Hal inji terjadi karena dito Pang dengan kondisi yang sehat juga ddengan kemauan dan ketekunan yang luar biasa.
3. Perkembangan psikologi dewasa muda
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas, dan kemudian mereka memasuki jenjang karir dalam pekerjaannya. Kehidupan psikologi dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja. Karena selain bekerja, mereka akan memsuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua yang makin tua. Pada usia ini merupakan masa penyesuaian diri, masa komitmen, yakni harus bertanggung jawab secara mandiri. Yang dulunya tergantung pada orang tua sekarang hidup mandiri. Masa ini termasuk juga masa yang kreatifkarena sudah tidak terikat lagi dengan orang tua sehingga bebas dengan kreatifitas yang disukai.
4. Perkembangan keagamaan
Dalam tahap awal perkembangan psikososial (dari Erikson) setelah memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar pada diri anak, tumbuhlah perasaan mempercayai pihak otoritas. Disini anak belajar mempercayai orang lain, terutama pada orang tua yang telah memelihara dan memberikan kasih saying. Mereka juga mengembangkan konsep tentang hal yang baik dan yang buruk. Dari sisi perkembangan kognitif(dari kohlberg) yakni masa pre-operasional, pemikiran anak terbuka terhadap berbagai kemungkinan yang baru. Mereka beranggapan antara fantasi dan kenyataan(realitas) terjadi secara bersamaan. Salah dan benar merupakan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukannya. Sebagai anak-anak, mereka berusaha memahami kekuatan yang mengatur(mengontrol) kehidupan dunia. Mereka sering membuat khayalan-khayalan (imajinasi), bentuk kekuasaan atau macam kekuatan yang menyebabkan kelangsungan hidup makhluk maupun isi dunia. Bentuk-bentuk imajinasi yang muncul, bagaimana gambaran tentang neraka, surga, Tuhan, yang pernah diceritakan orang tua atau yang dibaca di dalam buku-buku. Cirri khusus imajinasi anak-anak masa ini, ditandai dengan imajinasi yang irasional(irrasional image), sebab kapasitas kognitifnya yang masih bersifat pre-operasional. Selain itu, karena sikapnya yang ego sentris, anak-anak sulit membedakan pandangan sendiri dengan pandangan dari orang tua, dalam pikiran mereka tergambar adanya keharusan seseorang (manusia) untuk patuh (obedience) agar memperoleh ganjaran(berkat), dan hukuman bagi orang yang tidak patuh.
Pada usia ini seseorang sudah mulai meningkat percaya terhadap hal-hal yang abstrak. Kepercayaan akan tuhan mutetapi aplikasi ibadahnya menurun karena sibuk dengan ekonomi dan karir. dari bertambahnya usia, hingga mencapai pada usia akhir pada usia muda yaitu mendekati usia 40, seseorang bisa mencapai tahapan keyakinan keagamaan yang tertinggi. Keyakinan ini berkaitan dengan system keyakinan transcendental yang melampauhi seluruh ajaran agama atau kepercayaan di dunia. Orang yang telah mencapai tahap ini tidak memiliki pandangan yang sempit, yaitu hanya terbatas pada ajaran agamanya saja. Pandangannya telah menyeluruh (komprehensif, holistic, integratif) Dan menembus sekat-sekat kesukuan, kebangsaan, agama, jenis kelamin, dan strata social. Segala hal yang bersifat paradox dan menimbulkan pertentangan telah dihapuskan. Yang ada hanyalah kesederajatan, kesetaraan, dan kesamaan antara manusia dihadapan tuhan Yang Maha Esa. Manusia baik kaya-miskin,pandai- bodoh, berkulit hitam-putih, dan laki-laki - perempuan di hadapan tuhan sama. Yang membedakan adalah ketaqwaannya.

D. KESIMPULAN

Usia dewasa muda (umur 20-40 tahun merupakan usia paling produktif), bahkan puncak karir bisa dicapai diusia dewasa muda akhir yaitu sekitar usia 40. Usia ini perlu adanya pembinaan dan pendampingan secara intensif sehjingga power dan potensinya dapat digunakan secara optimal. Adapun cirri-ciri dominannya adalah sebagai berikut :
1. Usia reproduksi, yaitu kemauan kuat untuk menikah dan memiliki keturunan
2. Masa bermasalah, khususnya berhubungan dengan penyesuaian diri, rumah tangga, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan.
3. Masa koomitmen, yaitu setelah terlepas dari orang tua, dibutuhkan komitmen pribadi yang kuat untuk kehidupan yang baru.
4. Masa kreatif, yaitu setelah terlepas dari orang tua maka bebas berkreasi.
5. Perkembangan keagamaannya paling minim karena lebih fokus dalam bidang ekonomi.

Artikel ini disadur dari buku “Psikologi Perkembangan Dewasa Muda (20-40 Tahun)” karangan Agoes Dariyo yang diterbitkan oleh PT. GRAMEDIA WIDIA SARANA INDONESIA di Jakarta pada tahun 2003.

* Ketua Umum HMI Komisariat Widya Buana Semarang Periode 2009-2010 M.

PERADABAN ISLAM DI MASA SOEKARNO

Oleh : Muhammad Abdul Nafi' *
I. PENDAHULUAN

Manusia diturunkan di muka bumi tidaklah bebas tanpa batas yang hanya berfoya-foya menikmati suguhan karunia Tuhan yang tiada habis-habisnya, melainkan menjalankan amanah suci, yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Dalam perjalanannya manusia mengalami dinamika yang tidak terlepas dari pengaruh komunitasnya masing-masing. Komunitas satu dengan komunitas yang lainnya sudah barang tentu berbeda dalam menjalani amanah sebagai khalifah di muka bumi. Satu hal yang sangat mendasar mengenai perbedaan tersebut adalah paradigma komunitas dalam menyikapi dan memaknai amanah khalifah yang dalam hal ini pimpinan komunitas sangat mendominasi dalam membentuk paradigma anggota komunitasnya. Pimpinan yang bijak akan memprogramkan dan mengarahkan anggota komunitasnya pada peningkatan paradigma yang lebih baik melalui berbagai pelatihan dan pendidikan yang sesuai. Menyinggung mengenai komunitas, tentu akan teringat mengenai komunitas pemuda Indonesia di tahun 20 an yang gigih membangun komunitasnya dengan berbagai cara sehingga menghasilkan deklarasi bersama yang terkenal dengan sebutan deklarasi “Sumpah Pemuda”. Sumpah Pemuda inilah yang akhirnya menyatukan semua komunitas perjuangan bangsa, terutama para pemuda. Komunitas kecil satu bergabung dengan komunitas yang lain membentuk sebuah komunitas besar yang akhirnya terbentuklah sebuah bangsa dan negara yang berperadaban.
Peradaban di Indonesia banyak dipengaruhi oleh nilai-niai dan ajaran Islam. Hal ini terjadi karena sebagian besar penduduknya adalah muslim. Peradaban Islam sekarang sudah barang tentu tidak akan lepas dengan peradaban masa lampau. Dalam makalah ini penulis akan mencoba menguak tentang peradaban Islam di masa awal-awal kemerdekaan hingga berakhirnya Orde Lama.


II. RUMUSAN MASALAH


1. Profil Presiden Soekarno
2. Partisipasi umat dalam pendirian dan mempertahankan NKRI.
3. Dinamika politik umat di masa Soekarno.
4. Perekonomian di masa Soekarno.
5. Kehidupan beragama di masa Soekarno.
6. Pendidikan umat di masa Soekarno.

III. PEMBAHASAN

A. Profil Presiden Soekarno


Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Cokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.
Soekarno pada perjalanannya disamping sebagai seorang negarawan yang progresif revolusioner, juga tercatat sebagai seorang pemikir Islam yang secara langsung hendak mengembalikan berfikir dikalangan kaum muslimin, agar mereka yang harus mewarisi ajaran Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin serta ulama-ulama yang besar. Meskipun harus memiliki kehidupan berfikir yang progresif, juga harus sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Dengan kerajinan, ketekunan dan kesabaran dipelajarinya buku-buku tentang Islam baik yang ditulis oleh para orang Barat dalam aneka bahasa maupun buku-buku risalah yang ditulis oleh ulama-ulama Indonesia dalam bahasa ndonesia. Disamping melalui pendidikan dari ulama Syarikat Islam (SI) seperti Haji Oemar Said Tokroaminoto, Soekarno juga mengadakan kontak dengan Ahmad Hasan seorang ulama Islam dari Bandung. Di dalam surat-menyurat inilah Soekarno mulai menumpahkan isi hati dan jiwanya dan penyelidikan yang secara teliti, beliau membaca Al-Qur’an dan Hadits, kemudian dikonfrontasikan dengan pengalaman dan keadaan masyarakat Islam yang dilihat di sekitarnya. Dengan tinjauan dan pikiran yang kritis dicobanya menganalisa sebab-sebab pengunduruan dan kesuraman yang meliputi alam cakrawala Islam. Semakin lama dalam penggalian Soekarno dalam Islam maka lahirlah pikiran-pikiran beliau yang terserak baik berbentuk tulisan, artikel, pidato, ceramah-ceramah, dan sebagainya yang kesemuanya bernafaskan modernis dalam Islam. Hasil kaji dan pengalamnnya selama ini dipakainya sebagi bekal serta modal utama dalam mengarungi lautan perjuangan hidup baik beliau sebagi pribadi maupun sebagai Pimpinan Besar Revolusi Indonesia dan sebagai Kepala Negara Indonesia.
Soekarno merupakan salah satu pemuda bangsa yang sangat gigih melakukan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, disamping masih banyak tokoh yang lain seperti Adam Malik, Sutan Syahrir, Mohammad Hatta, Wahid Hasyim, Tan Malaka, Mohammad Roem, Mohammad Natsir, dan lainnya. Pada perjalanannya Soekarno dan Mohammad Hatta secara bulat terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Presiden Soekarno atau akrab dengan sebutan Bung Karno memang sosok yang sangat dikagumi peran perjuangannya untuk bangsa, walaupun pernah melakukan sedikit kesalahan, yaitu membekukan parlemen pada tahun 1959 dan mengangkat diri sebagai presiden seumur hidup pada tahun 1963. Masih banyak jasa-jasanya yang baik dan perlu diteladani seperti perjuangan perdamaian dunia, kemerdekaan bangsa, termasuk dalam mengembalikan Irian Barat pada masa Demokrasi Terpimpin, tidak akan pernah dilupakan orang, peran besarnya dalam mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku akan tetap tercatat dengan tinta emas dalam sejarah Indonesia.

B. Partisipasi Umat Dalam Pendirian dan Mempertahankan NKRI

Kemerdekaan Indonesia tidaklah didapat dengan cuma-cuma atau hanya sekedar pemberian dari negara lain, melainkan melalui usaha, perjuangan, dan pengorbanan besar, baik jiwa, raga, ataupun harta umat. Ribuan bahkan kalau didata dengan mendetail bisa mencapai jutaan mujahidin syahid dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. Para mujahidin gugur dengan tetap meninggalkan bara semangat yang diwariskan kepada para penerusnya untuk tetap berjuang merebut kemerdekaan. Mereka terdokumentasikan dalam arsip negara yang sering disebut dengan “Pahlawan Nasional”. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu merdeka seutuhnya. Ada yang melalui militer, diplomasi, pendidikan, dan sebagainya.
Gerakan bersama untuk merebut kemerdekaan tidak langsung muncul disetiap benak umat. Gerakan pembaharuan Islam yang pada akhirnya bertujuan merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah sangat dipengaruhi oleh gerakan pembaharu Timur Tengah, seperti gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis (salafiyyah). Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah pembaharuan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual. Katalisator terkenal gerakan pembaharuan ini adalah Jamaluddin al-Afghani (1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan-Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi. Gerakan yang lahir di Timur Tengah tersebut telah memberikan pengaruh kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia.
Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Candung, Bukittinggi (1930), dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938. Dalam waktu yang yang hampir bersamaan muncul juga organisasi-organisasi sosial lain yang sifatnya umum tidak agamis, walaupun sebagian besar di dalamnya juga orang-orang muslim, seperti Budi Utomo (1908), Taman Siswa, dan sebagainya.
Nasionalisme dalam pengertian politik yang berorientasi pada kemerdekaan penuh baru muncul dan terwacanakan ke publik setelah H. Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulan Mei 1912 kepada HOS Cokroaminoto yang mengubah nama menjadi SI dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasionalisme Indonesia, SI pada dekade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Mulailah perjuangan umat dalam meraih kemerdekaan memiliki wadah yang legal, dalam sebuah partai perjuangan. Namun, wadah besar ini tidah kokoh bertahan hingga teraih cita-citanya, karena perbedaan ideologi maupun aliran pengurus dan anggotanya. Banyak yang memisahkan diri mendirikan partai baru, seperti Semaun dan kawan-kawannya dengan PKI (1923), Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931, Soekarno dan teman sepemikirannya dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) di tahun 1927.
Baik dari golongan agamis, nasionalis, maupun abangan (awam), semuanya adalah umat muslim yang senantiasa merindukan kemerdekaan Indonesia. Ada yang tetap konsisten berjuang melaluinya partainya, ada pula yang beralih melalui perlawanan bersenjata langsung. Perjuangan mereka terus berlanjut hingga puncaknya disaat Jepang yang pada saat itu menduduki Indonesia dibom atom oleh Sekutu. Jepang pun pulang ke negaranya. Melihat peluang yang demikian, maka para pemuda mujahidin menculik Soekarno dan Hatta ke Rengas Dengklok untuk segera menyusun rencana dan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan tidaklah sampai disini, kemerdekaan yang sudah didapat melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. Belanda melakukakan agresi militernya yang kedua. Para tentara yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman dan mujahidin seperti laskar Hisbullah melakukan perlawanan mempertahankan kemerdekaan.
Barisan yang berusaha mempertahankan kemerdekaan berasal dari bermacam-macam kelompok dan daerah. Di Jakarta, pemuda-pemuda yang sebelumnya membentuk kelompok politik, membentuk Komite van Aktie bermarkas di Jalan Menteng Raya nomor 31. Kelompok ini kemudian bergabung dengan API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Barisan Rakyat Indonesia), dan BBI (Barisan Buruh Indonesia). Di Jawa lahir Hisbullah, Sabilillah, Barisan Banteng, Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), dan lain-lain. Selain itu, lahir juga barisan-barisan pelajar seperti Tentara Pelajar. Di Semarang lahir AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia), di Surabaya lahir PRI (Pemuda Rakyat Indonesia). Di Aceh ada Pemuda Republik Indonesia (PRI) dipimpin oleh A.Hasyimi, di Sumatera Utara ada Pemuda Republik Indonesia Andalas, dan lain-lain. Selain organisasi besar yang berbasis Islam, ada pula kelompok-kelompok seperti Barisan Kiai, Barisan Sabil, Perkumpulan Anak Deli Islam, Mujahidin di Aceh, Pasukan Islam Daerah Pekalongan, AOI (Angkatan Oemat Islam) Kebumen, dan lain-lain.

C. Dinamika Politik Umat di Masa Soekarno

Presiden Soekarno merupakan salah satu contoh sosok yang sangat demokratis dan pluralis dalam sejarah politik Indonesia pasca kemerdekaan. Hal ini terbukti dengan konsep “NASAKOM” nya yang mencoba diinternalisasikannya di Indonesia. Soekarno mencoba memformat tiga ideologi yang berbeda yaitu nasionalis, agamis, dan komunis duduk bersampingan membangun Bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi awal pergulatan politik umat di masa pemerintahan Presiden Soekarno (Orde Lama).
Indonesia resmi merdeka secara hukum Internasionaanggal adalah setelah selesai Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Hasil Konferensi ini adalah penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia menjadikan berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desember 1949. Mulailah kehidupan politik bangsa berjalan, yang pada perjalanannya saling berbenturan dengan adanya konsep “NASAKOM”.
Perpolitikan umat diawali dengan terbentuknya SI, kemudian menjadi SDI, dan akhirnya muncullah MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) suatu badan federasi bersatunya tokoh pemikir Islam. MIAI yang mula-mula dibentuk untuk wadah dakwah, akhirnya balik melawan penjajah. Jepang pada bulan Oktober 1943 membubarkan MIAI, karena MIAI membelot melawan Jepang.
Pada perjalanannya untuk menyatukan umat merapat menjadi satu barisan dan akibat pendeknya usia Piagam Jakarta, maka dibentuklah partai Islam baru, yaitu Masyumi. Masyumi berdiri pada 7-8 november 1945 yang sepenuhnya merupakan hasil karya pemimpin-pemimpin umat Islam dalam sebuah kongres bertempat digedung madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam kongres November itu tercatat sebagai ketua panitia ialah Muhammad Natsir dengan anggotanya Soekiman Wirjosendjoyo, Abi Kusno, Cokrosujoso, Wahid Hasyim, Wali Al Fatah, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sri Paku Alam VIII, dan A. Ghofar Ismail. Pengurus Masyumi periode awal terdiri dari Majelis Syuro yang diketuai oleh KH. Hasyim Asy’ari dan Pengurus Besar (Badan Eksekutif) yang diketuai oleh Soekiman Wirjosendjojo. Mohammad Natsir sendiri pada periode awal itu merupakan anggota Pengurus Besar. Dalam dinamikanya, Masyumi sebagai satu-satunya yang mewadahi semua golongan dan tokoh Islam akhirnya pun pecah. Pada juli 1947 SI melepaskan diri dari Masyumi dan mengembalikan SI kepada posisi partai yang berdiri sendiri, yaitu menjadi PSII. Goncangan besar terjadi lagi dalam tubuh masyumi pada mei 1952, NU memisahkan diri dan menyatakan diri sebagai sebauah partai polotik. Sekalipun anggota parlemen Masyumi yang menyeberang ke NU hanya 8 orang, NU punya massa umat yang cukup besar dibeberapa daerah tertentu seperti di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Kebesaran jumlah pengikut NU dibuktikan oleh hasil Pemilu I pada September 1955, dimana NU berhasil keluar sebagai salah satu partai besar setelah PNI dan Masyumi dengan wakil dalam parlemen sejumlah 45 orang. NU muncul sebagai partai yang diperhitungkan. Dengan tampilnya NU sebagai partai politik maka umat Islam Indonesia terpecah dalam 4 partai : Masyumi, PSSI, NU dan Perti yang telah menjadi partai politik sejak Desember 1945.
Lewat Mosi Integral Muhammad Natsir dan kawan-kawan dalam parlemen, pada 1950 dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibawah paying UUDS 1950. Presiden hanya sebagai simbol, pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan. Untuk NKRI sebagai Perdana Menteri I dipilih Mohammad Natsir berdasarkan prestasi politiknya berupa pengajuan Mosi Integralnya yang terkenal. Masyumi di bubarkan oleh Soekarno pada akhir tahun 1960. Meskipun Masyumi dibubarkan, umat Islam masih punya wadah yang lain yaitu partai Islam yang lain dan partai nasionalis, seperti PNI. Umat Islam dalam berpolitik demi terwujudnya Negara Indonesia yang berkeadilan, sangatlah agresif dan antusiasme yang tinggi.

D. Perekonomian Umat di Masa Soekarno


Perekonomian umat pada masa ini baru memulai tahapan awal, merintis, dan mencoba bertahan dengan sumber daya lokal. Umat masih sibuk dengan pergolakan mempertahankan kemerdekaan dan pergolakan politik internal Indonesia. Perkembangan ekonomi secara pesat adalah pada masa pemerintahan setelahnya, yaitu pemerintahan Soeharto dengan program PELITA nya.
Selama 21 tahun pertama Indonesia merdeka (1945-1966), yang merupakan pemerintahan Soekarno, perekonomian umat menghadapi tantangan dan ujian berat termasuk di dalamnya rongrongan politik baik dari dalam maupun dari luar, yang nyaris meruntuhkan sendi-sendi ekonomi nasional. Perpecahan kepemimpinan politik nasional menjadi-jadi dengan pengunduran diri Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia pada tahun 1957. Meskipun pada tahun 1959 paham Kapitalisme-Liberalme secara konstitusional ditolak dengan diberlakukannya lagi UUD 1945, tetapi sistem ekonomi nasional ternyata berkembang menjadi sistem ekonomi etatistik (serba negara) yang mematikan segala kreasi umat. Ekonomi Komando yang berlangsung tujuh tahun (1959-1966) dan mencapai titik paling kritis dengan hiperinflasi 650% pada tahun 1966, hampir-hampir melumpuhkan seluruh sistem produksi dan distribusi nasional. Menjelang berakhirnya Orde Lama (1963), Soekarno menyampaikan konsep ekonomi terkenal, yaitu Dekon (Deklarasi Ekonomi). Dekon berisi semacam ”janji” atau tekad untuk menggunakan sistem ekonomi pasar, sebagai ”koreksi” atas praktek-praktek Ekonomi Komando. Tekad ini sayangnya tidak dapat dilaksanakan karena partai-partai politik sesuai aspirasinya menafsirkan pengertiannya secara berbeda-beda, sehingga kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengikutinya tidak ada yang dapat berjalan.
Pada masa awal-awal pemerintahan Soekarno, yaitu beberapa bulan setelah kemerdekaan perekonomian mulai ditegakkan. Ekonomi ditegakkan memlalui program pemulihan dan perbaikan keadaan pasca penjajahan. Pada perkembangannya program ekonomi dirancang dan dilaksanakan secara intensif pada kabinet Syahrir I, yaitu mencanangkan program pokok yang mencakup aspek ekonomi berupa memperbaiki kemakmuran rakyat diantaranya melalui distribusi pangan dan menanggulangi keuangan Republik. Pada kabinet Syahrir II beberapa pokok program ekonomi meliputi penyempurnaan produksi, distribusi pangan dan sandang, dan pengambil alihan perusahaan perkebunan asing. Di tengah-tengah gejolak revolusi pada saat itu, sempat muncul pemikiran ekonmi yakni siasat pembangunan ekonomi yang dicanangkan pada kabinet Syahrir tahun 1947. Muhammad Hatta ditunjuk sebagai ketua Komite Siasat Ekonomi.
Pada tahun 1950-an pada dasarnya indonesia belum memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Langkah-langkah yang ditempuh hanyalah berupa rehabilitasi struktur perekonomian dan penanggulangan kesulitan keuangan. Baru pada tahun 1991 muncul kebijakan ekonomi yang dikenal dengan Rencana Urgensi Perekonomian. Rencana Urgensi Ekonomi ini dilandasi suatu gagasan mulia, yakni mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi Nasioanal, dengan industrialisasi sebagai motornya. Kebajakan lainnya muncul pada periode Demokrasi Parlementer yaitu mendorong terciptanya lapisan pengusaha nasional. Sejumlah fasilitas di sediakan pemerintah agar pengusaha nasional dapat bangkit dan mampu menjadi mitra pemerintah dalam membangun ekonomi nasional. Kebijakan ini terkenal dengan sebutan Kebijakan Benteng yang menekankan Indonesianisasi. Kebijakan Benteng melonggarkan fasilitas memasukan barang dari luar negeri kepada pengusaha nasional, yang maksudkan agar mereka mampu memupuk sumber dana untuk tumbuh sebagai pengusaha bermodal tangguh. Barulah pada pemerintahan Demokrasi Terpimpin dengan kabinet Hatta, terbentuklah Sistem Ekonomi Komando.


E. Kehidupan Beragama di Masa Soekarno


Peradaban Indonesia yang terkait dengan kehidupan beragama pada masa Presiden Sukarno, cukup menonjol. Hampir semuanya didominasi oleh nuansa Islam. Bahkan, awal dari konsep Piagam Jakarta pun yang mendasari tercetuskannya Pancasila, ada imbuhan kata-kata yang meruujuk pada pengamalan syari’at Islam. Peradaban pada masa ini betul-betul didominasi oleh pemikiran-pemikiran dan kultur Islam.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, para pemimpin rakyat Indonesia sepakat untuk menerapkan bentuk republik dalam pemerintahan Indonesia (proses akhirnya). Dan pemerintahannya didasarkan pada asas Pancasila dan UUD 1945. Sila-sila dalam Pancasila itu sendiri, jika dikaitkan dengan ajaran syari’at Islam akan ditemukan kesamaannya dalam Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama umat Islam. Pada masa pemerintahan Sukarno, dibemtuklah Departemen Agama yang pada awal-awalnya disebut dengan Kementrian Agama, yang pertama kali didirikan pada masa kabinet Syahrir. Sampai sekarang menteri agamanya masih dipegang oleh seorang muslim.
Sebelum terbentuknya kementrian ini, ada pembahasan mengenai apakah kementrian ini akan dinamakan Kementrian Agama Islam ataukah Kementrian Agama saja. Akhirnya diputuskan menjadi Kementrian Agama, yang pertama-tama mempunyai tiga seksi dan kemudian empat seksi masing-masing untuk kaum muslimin, umat Protestan, umat Katolik Roma dan Umat Hindu Budha (dulu disebut agama Hindu Bali). Pada perkembangan selanjutnya terbagi menjadi lima, yaitu Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Protestan, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha. Menteri Agama juga dibantu oleh lembaga Inspektorat Jendral, Sekretariat Jendral, Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Agama dan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Pegawai.
Pada masa ini juga terbentuklah Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) yaitu di Jawa Barat pada tanggal 12 juli 1958, yang disusul berdirinya MUI pusat pada bulan Oktober 1962 disamping untuk pembinaan mental, rohani, dan agama masyarakat, oleh pemerintah waktu itu majelis ini dimaksudkan juga untuk ikut andil bagian dalam ”penyelenggaraan revolusi dan pembanguanan semesta berencana” dalam rangka demokrasi terpimpin. MUI menjadi salah satu wadah pemersatu umat dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.
Berbicara mengenai haji, Indonesia dari waktu ke waktu tercatat sebagai negeri yang banyak mengirim jama’ah haji. Pada tahun 1950 sebuah yayasan, yaitu Yayasan Perjalanan Haji Indonesia, didirikan di Jakarta. Pemerintah memberikan kuasa kepada Yayasan tersebut untuk menyelenggarakan perjalanan haji. Sebuah bank, Bank Haji Indonesia dan sebuah perusahaan kapal, MUSI (Pelayaran Muslimin Indonesia) juga didirikan. Kehidupan beragama pada masa ini cukup terjamin dan menjadi salah satu bidang yang diprioritaskan oleh Presiden Soekarno.

F. Pendidikan Umat di Masa Soekarno

Setelah Indonesia merdeka, terutama setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan mulai mendapat perhatian lebih serius. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan Desember 1945 menganjurkan agar pendidikan madrasah diteruskan. Adapun tingkatan pendidikannya adalah Raudlatul Athfal (2 tahun), Ibtida’iyah (6 tahun), Tsanawiyah (3 tahun), Aliyah (3 tahun). Adapun gagasan mengenai pendirian lembaga pendidikan agama Islam sebenarnya telah sejak zaman Belanda sudah dimiliki oleh umat Islam. Usaha ini diawali oleh Dr. Satiman Wirjosandjoyo yang mendirikan Pesantren Luhur pada tahun 1938 sebagai pusat pendidikan Islam meskipun akhirnya gagal karena intervensi pejajah Belanda. Mahmud Yunus membuka Islamic College pertama, yaitu pada tanggal 9 Desember 1940 di Padang yang terdiri dari fakultas Syari’ah dan fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab. Akan tetapi lembaga ini hanya bertahan hingga tahun 1942 karena adanya pendudukan Jepang di indonesia.
Universitas Islam Indonesia adalah perguruan tinggi Islam pertama yang memiliki fakultas-fakultas non agama. Ia bermula diawal tahun 1945, disaat Masyumi memutuskan untuk mendirikan perguruan tinggi Islam di Jakarta. Sebuah panitia persiapan di bawah pimpinan Muhammad Hatta Wakil Presiden RI pertama mengerjakan perencana pelaksanaannya Pada mulanya lembaga ini dididrika untuk melatih ulama’-ulama’ yang berpendidikan baik, yaitu orang yang telah mempelajari Islam Secara luas dan mendalam,dan memperoleh standar pengetahuan umum yang memadai. Studi di lembaga ini berlangsung selama dua tahun sampai mencapai gelar sarjana muda, di tambah 2 tahun untuk memperoleh gelar sarjana. Kurikulumnya mencontoh dari Universitas Al Azhar Kairo. Karena ada serbuan dari pasukan sekutu maka lembaga ini hancur dan di tutup. Dibukalah kembali pada tanggal 10 april 1946 di Jogjakarta. Mula-mula ada 2 kursus yang dibuka, yaitu ilmu agama dan ilmu masyarakat. Pada bulan November 1947, lembaga ini diubah menjadi 4 fakultas yaitu syariah, hukum, pendidikan dan ekonomi. Pada tanggal 22 januari 1950 sejumlah pemimpin Islam mendirikan universitas Islam di Solo, dan 20 februari 1951 kedua universitas Islam di Jogjakarta dan di Solo itu di satukan dengan nama Universitas Islam Indonesia (UII). Setelah itu mulai banyak muncul perguruan tinggi dan universitas Islam. Fakultas Agama di UII diambil alih dan dipisahkan oleh pemerintah dan pada 26 september 1951 dibukalah PTAIN dibawah pengawasan Kementerian Agama. Pada tahun 1957, di Jakarta didirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Pada tahun 1960 PTAIN dan ADIA disatukan menjadi IAIN dibawah Kementerian Agama. Pada perkembangannya IAIN memiliki 2 fakultas di Jogjakarta dan 2 di Jakarta. IAIN terus berkembang pesat, hingga pada tahun 1992 tercatat ada 14 buah IAIN di Indonesia.
Pendidikan mahasiswa Islam disamping melalui pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan di IAIN atau di UII, banyak yang berkecimpung dalam diskusi non formal yang akhirnya pada masa ini terbentuklah kelompok-kelompok diskusi Islam sebagai penunjang pendidikan Islam. Satu wadah yang memfasilitasi wahana mahasiswa ini adalah kelompok diskusi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berdiri pada tanggal 5 februari 1947 di Jogjakarta dengan Ketua Umum Lafran Pane. Pada perkembangannya wahana diskusi berkembang dan bermunculan dimana-mana. Pada tanggal 17 April 1960 berdirilah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan Ketua Umum pertama Mahmud Junaidi yang sebelumnya juga merupakan pengurus HMI. Diskusi dikalangan mahasiswa semakin progresif dan penuh dinamika. Beberapa tahun setelahnya di Universitas Gajah Mada (UGM) para aktivis Muhammadiyah melalui Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh Jazzman Alkindi, Amin Rais (juga aktivis HMI dan mempunyai keanggotaan ganda), Margono, Sudibyo Markus, Kastolani, Slamet Soekirnanto, Zulkabir, Abdul Muis, dan Rosad Sholeh dari IAiN Jogjakarta mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). IMM ini dideklarasikan pada tanggal 14 Maret 1964 di Gedung Dinoto Yogyakarta atas restu Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pendidikan umat terutama pendidikan Islam pada masa Soekarno tumbuh pesat dengan output yang hebat dan banyak yang ikut mewarnai dinamika bangsa pada tahun-tahun berikutnya.

IV. KESIMPULAN

Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Soekarno merupakan sosok yang sangat terkenal dengan semangat perjuangan kemerdekaan dan nasionalismenya.
Berkaitan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, banyak barisan yang ikut andil, mereka dari bermacam-macam kelompok dan daerah. Di Jakarta ada Komite van Aktie yang akhirnya bergabung dengan API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Barisan Rakyat Indonesia), dan BBI (Barisan Buruh Indonesia). Di Jawa lahir Hisbullah, Sabilillah, Barisan Banteng, Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia). Di Semarang lahir AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia), di Surabaya lahir PRI (Pemuda Rakyat Indonesia). Di Aceh ada Pemuda Republik Indonesia (PRI) dipimpin oleh A.Hasyimi, di Sumatera Utara ada Pemuda Republik Indonesia Andalas. Ada pula kelompok-kelompok seperti Barisan Kiai, Barisan Sabil, Perkumpulan Anak Deli Islam, Mujahidin di Aceh, Pasukan Islam Daerah Pekalongan, AOI (Angkatan Oemat Islam) Kebumen, dan lain-lain.
Peradaban Islam pada masa ini cukup maju dibidang pendidikan, politik dan agama. Dibidang pendidikan ditandai dengan berdirinya perguruan tinggi Islam di berbagai daerah. Pada bidang politik munculah partai politik Islam Masyumi, PSSI, NU dan Perti. Adapun bidang ekonomi belum begitu maju. Bidang ekonomi ini terkenal dengan ijtihad sistem ekonomi yang terkenal dengan Sistem Ekonomi Komando.


DAFTAR PUSTAKA

Leirissa, RZ, Sejarah Perekonomian Indonesia, Jakarta: DEPDIKBUD RI, 1996.

Luka, Monsanto, Tangan Besi 100 Tiran Penguasa Dunia, Yogyakarta: Galangpress, 2008.

Maarif, Ahmad Syafii, Islam dan Politik Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

NC, Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2010.

Nuralam, Ahmad, HMI Keabadian dan Inovasi Gerakan (Sebuah Catatan Kebangsaan dari Karang Kajen), Yogyakarta: The Phinisi press, 2009.

Rose, Mavis, Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad Hatta, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Sitompul, Agussalim, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HMI (1947-1997), Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002.

Soekarno, Indonesia Menggugat Pidato Pembelaan Bung Karno di Muka Hakim Kolonial, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2001.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

http//biografi soekarno.com

* Ketua Umum HMI Komisariat Widya Buana Semarang Periode 2009-2010 M.