Jumat, 28 Desember 2012

“Eksplorasi Potensi Diri dalam Menggali Pengetahuan menuju Terciptanya Kesadaran Hakiki Perjuangan”

Oleh Muhammad Abdul Nafi' I. PENDAHULUAN Manusia diciptakan di muka bumi tidaklah bebas tanpa batas, yang hanya berfoya-foya mengeksploitasi dan menikmati suguhan sumber daya alam karunia Tuhan yang tiada habis-habisnya, melainkan menjalankan amanah suci, yaitu sebagai abdullah dan khalifatullah fil ard. Manusia yang sejatinya diciptakan oleh Tuhan (Allah SWT) hanya untuk mengabdi kepada-Nya saja ini diungkap oleh Al-Qur’an dalam surat Adz-Dzariat ayat 56:       Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Oleh karena itu, segala aktivitas manusia, baik berupa perilaku (af’al) maupun ucapan (aqwal) dalam kehidupan sehari-hari merupakan pengejawantahan dari penghambaan dirinya kepada Sang Khaliq dan tidak satupun yang tidak dipertanggung jawabkan kepada-Nya. Maka dalam hal ini ketundukan akan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya menjadi konsekuensi logis yang harus dilakukan oleh manusia. Adapun mengenai amanah sebagai khalifah di bumi, Al-Qur’an mengungkapnya dalam surat Al-An’am ayat 165:                •       Artinya: “Dan Dia lah yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Sebagai khalifah di bumi, manusia diberi amanah untuk mengelola, memelihara, dan mendayagunakan seluruh alam semesta ini bagi kepentingan manusia itu sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan hidupnya. Dalam menjalankan amanahnya manusia mengalami dinamika yang tidak terlepas dari pengaruh komunitasnya masing-masing. Komunitas satu dengan komunitas yang lainnya sudah barang tentu berbeda dalam menjalani amanah sebagai abdullah dan khalifatullah fil ard. Perbedaan ini terkait dengan cara pandang yang berbeda-beda di antara mereka. Agar terjadi kesamaan perlu adanya pemahaman bersama akan tujuan dan kebenaran yang bersifat universal. HMI dengan gerakan epistemologinya tampil sebagai sebuah gerakan yang mencoba menjadi katalisator dalam mengupayakan pemahaman bersama akan tujuan dan kebenaran universal tersebut. Di samping itu pula, HMI menjadi salah satu wujud riil dari sebuah wadah perjuangan manusia dalam menjalankan amanahnya di bumi. Perjuangan hendaklah dilakukan secara berjamaah dan dalam keteraturan yang sistematis. Hal ini diungkap dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaf ayat 4: •          • Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Dalam mempersiapkan manusia yang memiliki karakter pejuang dan terwujudnya keistiqomahan estafet perjuangan, HMI memformulasikan berbagai konsep kegiatan yang dikenal dengan istilah “model perkaderan”, yang di dalamnya terdapat tiga konsep besar yaitu pendidikan, kegiatan, dan jaringan. Senior Course (SC) termasuk di dalamnya. Senior Course ditujukan bagi mereka yang sudah melewati fase alur pendidikan sebelumnya, yaitu LK1 dan LK2. Tema besar SC HMI Cabang Semarang ke-19 kali ini adalah “Eksplorasi Semesta Diri Pengader dalam Bingkai Etik Organisasi menuju Kontinuitas Perjuangan”. Pada tema ini penulis membagi menjadi tiga frase, yaitu: pertama, Eksplorasi Semesta Diri Pengader, kedua,Bingkai Etik Organisasi, dan yang ketiga, Kontinuitas Perjuangan. Pada frase pertama, dapat dimaknai bahwa sebagai seorang pengader haruslah mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Potensi pokok yang dimiliki adalah fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dua potensi ini harus difungsikan secara maksimal untuk menggali pengetahuan yang luas, tentunya tidak keluar dari batasan-batasan etis organisasi yang secara filosofis bisa disebut dengan akhlak universal. Dengan begitu, kualitas dan loyalitas pengader dapat mencapai puncaknya, sehingga terbentuklah pengader sempurna (insan kamil), yang pada akhirnya keistiqomahan dalam perjuangan dapat terealisasikan. Berangkat dari pemahaman ini dan dalam upaya merumuskan konsep yang lebih praktis, penulis menyederhanakan tema menjadi “Eksplorasi Potensi Diri dalam Menggali Pengetahuan menuju Terciptanya Kesadaran Hakiki Perjuangan”. Dengan mengeksplor secara maksimal penggunaan potensi yang dimiliki oleh manusia (pengader) dalam menggali pengetahuan, tentunya tidak keluar dari batasan akhlak universal, yang akhirnya terbentuk kesadaran diri, maka keberlangsungan perjuangan akan terealisasikan. Pengader menjadi suri tauladan utama bagi kader-kader yang lain. II. RUMUSAN MASALAH A. Bagaimana mengenal diri? B. Bagaimana menggali pengetahuan? C. Bagaimana mewujudkan kesadaran hakiki perjuangan? III. PEMBAHASAN A. Mengenal Diri Membincang seputar hakikat manusia, akan muncul pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, dari mana, dan kemana manusia itu. Manusia merupakan makhluk Tuhan (Allah SWT) yang memiliki struktur ciptaan paling sempurna dari pada makhluk-makhluk lainnya. Ia diciptakan dengan tujuan tunggal, yaitu mengabdi kepada-Nya. Walaupun memiliki struktur yang sempurna, tetapi pada awalnya sosok manusia lahir tidak memiliki apa-apa, jangankan harta benda, pengetahuan akan dirinya pun tidak dimilikinya. Tuhan memberikan alat untuk mendapatkan pengetahuan berupa fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dengan dua potensi itu pula manusia dapat mengenali dirinya. Pengenalan diri memiliki dua tujuan. Pertama, dengan mengenal diri, manusia dapat memahami Tuhan (Allah SWT) yang merupakan masalah pemikiran manusia dan rahasia alam semesta. Kedua, dapat mengetahui apa yang harus dilakuakan dalam hidup dan bagaimana harus bersikap (akhlak dan perbuatan). Jika manusia tidak mengenali dirinya, niscaya tidak akan pernah mengetahui bagaimana seharusnya akhlak dan perbuatan manusia hidup di dunia ini. Akhlak adalah sejumlah fakultas atau bakat (malakah) yang membentuk diri, sikap, dan perbuatan. Untuk mengetahui rahasia terbesar dan masalah teoritis manusia (Tuhan) tiada jalan lain, kecuali melalui pengenalan terhadap diri. Juga untuk mengetahui masalah amaliah atau praktis terpenting bagi manusia, yaitu akhlak, harus mengetahui diri. Menurut pendapat Amir Daien yang dikutip oleh Abdul Aziz, manusia mempunyai beberapa macam hakikat, yaitu: 1. Manusia itu mempunyai hakikat sebagai makhluk dwi tunggal. Manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu rohaniah dan jasmaniah, unsur halus dan unsur kasar, unsur jiwa dan unsur raga. 2. Manusia mempunyai dua sifat hakiki yaitu sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial. 3. Manusia itu mempunyai hakikat sebagai makhluk susila dan sebagai makhluk ber-Tuhan. Manusia yang mampu mengenal dirinya, niscaya dia akan melihat dirinya sebagai sebuah realitas yang tetap (tidak berubah) di tengah-tengah alam fisik yang selalu berubah ini. Walaupun alam fisik selalu bergerak, ada sebuah hakikat yang memelihara kesatuannya. Misalnya kalau melihat matahari, bulan, dan bumi dari segi fisiknya, maka semua itu selalu berubah, tetapi tak dapat disangkal bahwa ada realitas yang memelihara dan menjaga alam semesta. Seperti halnya diri adalah menjaga badan, begitu pula tubuh fisik menjaga kesatuannya untuk diri. Tubuh manusia bertalian dengan kepribadian rohani dan mental manusia. Pada hakikatnya, kepribadian alam semesta tidak akan pernah berubah dari dimensi kepribadian realitas metafisikanya. Hal ini menunjukan bahwa pengenalan diri adalah titik tolak pengenalan Allah. Sisi lain yang menjadikan diri manusia tanda akan Wujud Allah adalah kecenderungan spiritual manusia. Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh William James selama empat puluh tahun atas jiwa manusia adalah bahwa jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada alam imaterial. Fakta-fakta yang ditemukannya selama penyelidikan berlangsung menunjukan adanya alam metafisika. Kecenderungan spiritual manusialah yang menghubungkannya dengan alam-alam mefisika. Ilham-ilham spiritual, ketuhanan, mencari Tuhan, dan kebajikan selalu ada dalam diri manusia. Manusia hakiki adalah mereka yang menggunakan akalnya dalam memecahkan masalah-masalah fundamental yang dengannya manusia mengetahui jalan kehidupan yang benar. Kemudian ia bersungguh-sungguh dalam melewatinya. Persoalan-persoalan mendasar bagi setiap manusia yang sadar adalah persoalan-persoalan pandangan dunia. Pandangan dunia inilah yang akan menentukan perjalanan hidupnya. Namun, untuk memecahkan masalah ini dibutuhkan usaha-usaha filsafat. Tanpa menggunakan gagasan-gagasan filsafat, manusia sangat sulit untuk memahami kebahagiaan individu dan kebahagiaan sosial, bahkan manusia sangat sulit untuk sampai pada rahasia hakikat manusia dan kesempurnaan hakiki manusia. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan (Allah SWT) yang unik, paling sempurna strukturnya dibandingkan dengan penciptaan makhluk lainnya. Untuk memperoleh pengetahuan, manusia dibekali fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dengan pengetahuan tersebut, diawali dengan mengetahui/ mengenali diri, manusia dapat mengetahui apa dan bagaimana harus berbuat. Apabila dikorelasikan dengan pengader HMI, maka sebagai pengader haruslah mengetahui apa dan bagaimana harus berbuat demi kejayaan perjuangan HMI. Al-Qur’an dan Al-Hadits sudah semestinya menjadi pedoman utama dalam mengiringi perjuangan seorang pengader di HMI. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, seorang pengader akan tercerahkan dan jauh dari kesesatan dalam berbuat. Nabi Muhammad SAW bersabda: لقد تركت فيكم امرين لن تضلوا ما ان تمسكتم بهما كتاب الله و سنة رسوله(رواه مالك) Artinya: “Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, sekali-kali kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepadanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”.(HR. Malik). B. Menggali Pengetahuan Sebelum membahas lebih jauh, pertama yang harus dibahas adalah apa yang dimaksud dengan pengetahuan itu sendiri. Yang dimaksudkan dengan pengetahuan pada pembahasan ini adalah pengetahuan dalam tinjauan epistemologi. Yaitu, pengetahuan yang mencakup segala aspek yang luas. Dalam hal ini, pengetahuan tidak bisa didefinisikan dengan batasan frase-frase. Akan tetapi pengetahuan bisa dijelaskan (bukan mendefinisikan), bahwa pengetahuan adalah “hadirnya sesuatu atau bentuk partikularnya atau konsep umumnya pada maujud mujarad”. Sungguh pun pengetahuan tidak dapat di definisikan, tetapi dapat dibagi menjadi tiga jenis pengetahuan yaitu jenis pengetahuan ilmiah, pengetahuan moral, dan pengetahuan religius. 1. Pengatahuan Ilmiah Pengatahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah. Sedangkan yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sitematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas pesepsi inderawi dan melibatkan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali. Karena pengamatan inderawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja ilmiah sering juga disebut suatu lingkaran atau siklus empiris. 2. Pengetahuan Moral Pengetahuan tentang moral tidak ada kebenaran yang bersifat objektif dan universal. Penelitian dan putusan moral adalah soal perasaan pribadi. 3. Pengetahuan Religius Pengetahuan ini membahas tentang ketuhanan. Untuk menggali pengetahuan diperlukan alat pokok yaitu indra, rasio, dan hati. C. Mewujudkan Kesadaran Hakiki Perjuangan Setelah dipaparkan dua pembahasan di atas, maka pada pembahasan kali ini mengenai bagaimana mewujudkan/ merealisasikan kesadaran pada diri untuk istiqomah berjuang dalam wadah HMI. Beberapa hal yang harus dilakukan agar tumbuh kesadaran adalah sebagai berikut: a. Menyadari kalau pada hakikatnya manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. b. Manusia di muka bumi dibebani (taklif) sebagai khalifatullah, bertanggung jawab melestarikan bumi. c. Manusia diberi potensi indrawi, akal, dan hati agar dimaksimalkan penggunaannya untuk menggali pengetahuan. d. Menyadari semua itu butuh perjuangan secara istiqomah. e. Menyadari perjuangan membutuhkan suatu wadah yang solid, HMI manifestasinya. IV. KESIMPULAN Manusia adalah makhluk yang unik, sempurna struktur penciptaannya. Manusia sejati adalah manusia yang mau berfikir. Untuk menggali pengetahuan, manusia harus melakukan eksplorasi potensi yang dimilikinya, yaitu indra, akal, dan hati. Beberapa hal yang harus dilakukan agar tumbuh kesadaran pada diri pengader adalah sebagai berikut: a. Menyadari kalau pada hakikatnya manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. b. Manusia di muka bumi dibebani (taklif) sebagai khalifatullah, bertanggung jawab melestarikan bumi. c. Manusia diberi potensi indrawi, akal, dan hati agar dimaksimalkan penggunaannya untuk menggali pengetahuan. d. Menyadari semua itu butuh perjuangan secara istiqomah. e. Menyadari perjuangan membutuhkan suatu wadah yang solid, HMI manifestasinya. V. PENUTUP Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan. Hanya sampai di sini maksimalisasi berfikir penulis dalam merumuskan sekelumit karya. Ibarat luasnya samudera, makalah ini mungkin bisa diibaratkan hanya bagian setetes atau dua tetes dari banyaknya air dalam samudera laut tersebut. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat. Amiin. DAFTAR PUSTAKA Agama RI, Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Asy-Syifa’. 1999. Aziz, Abdul. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras. 2009. Fauzi, Muhammad. Hasil-Hasil Muktamar II Pemuda Bulan Bintang. Jakarta: Pengurus Pusat Bulan Bintang. 2006. Gharawiyan, Mohsen. Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam. Jakarta: Sadra Press. 2012. Muhammad Hasby Ashsiddiqy, Tengku. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang : PT Pustaka Rizqi Putra. 2009. Muhammad Taqi Misbah Zahdi, Ayatullah. Buku Daras Filsafat Islam Orientai ke Filsafat Islam Kontemporer. Jakarta: Shadra Press. 2010. Murtadha Muthahhari, Ayatullah. Falsafah Akhlak. Yogyakart: Rausyan Fikr Institute. 2012. Murtadha Muthahhari, Ayatullah. Pengantar Epistemologi Islam. Jakarta: Shadra Press. 2010. Rifa’i, Mohammad. Al-Qur’an dan Terjemahny.. Semarang: CV. WICAKSANA. 2005. Sudarminto, J. Epistimologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius. 2002. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Minggu, 09 Desember 2012

Munas Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)

Munas Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang di Riau, Jumat (30/11/2012) sampai Minggu (2/12/2012) lalu, telah memilih 9 presidium untuk Majelis Nasional KAHMI periode 2012-2017. Mahfud MD terpilih sebagai ketua presidium karena meraih suara terbanyak. Berikut hasil pemilihan dalam Munas KAHMI ke-IX: 1. Mahfud MD (347 suara) 2. Viva Yoga Mauladi (334 suara) 3. Anas Urbaningrum (320 suara) 4. Muhammad Marwan (313 suara) 5. Anis Baswedan (308 suara) 6. Bambang Soesatyo (260 suara) 7. Dr Hj Reni Marlina (192 suara) 8. Ms Kaban (156 suara) 9. Taufiq Hidayat (153 suara) Dari 9 presidium terpilih tersebut, hanya tiga yang berlatar belakang akademisi dan birokrat, yaitu Mahfud MD (MK), Muhammad Marwan (Birokrat), dan Anis Baswedan (Akademisi). Sementara 6 presidium lainnya berlatar belakang politisi. Terpilihnya Mahfud MD disebut merefleksikan keinginan mayoritas peserta Munas IX KAHMI yang lebih suka dipimpin tokoh yang bukan politisi.

Minggu, 18 November 2012

Penelitian Tindakan Kelas

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN PAGAK 04 KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 OLEH : PEMBAYUN SEKARWIYATI, S.Pd. NIP. 196005171981122005 DINAS PENDIDIKAN UPTD TK/SD DAN PLS KECAMATAN PAGAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAGAK 04 KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS( PTK ) Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2007/2008 A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perl~emangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan d bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun. Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999). Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00. Contoh Proposal PTK Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat la.ngsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA. Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelaja.an ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa iebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul " Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2007/2008 ". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008? 2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008? C. Tujuan Penelitian Contoh Proposal PTK Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. 2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. D. Manfaat Penelitian Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Guru Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA. 2. Siswa Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA 3. Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut. E. HipotesisTindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. 2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008 F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. 2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V 3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang. 4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2007/2008. 5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. G. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah : Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belaiar sendiri 2. Motivasi belajar adalah: Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. H. Kajian Pustaka a. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Contoh Proposal PTK Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: * Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. * Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa. * Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankernampuannya masing-masing. * Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. * Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah: * Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. * Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. * Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. * Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. * Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. b Motivasi Belajar Contoh Proposal PTK Pengertian Motivasi Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. :Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Macam-macam Motivasi Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa. 2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok. 3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan surnber belajar di sekolah. 4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya. 5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. 2. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain: 1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. 2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut. 3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan. 4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. 6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa. Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya. c. Prestasi Belajar IPA Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Contoh Proposal PTK Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. d. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi'udin, 2002: 19). Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. I. Metode Penelitian a. Jenis Penelitianti Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001) b. Kehadiran Peneliti Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut : 1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran 2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas 3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 4. Melaporkan hasil penelitian c. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di……. d. Data dan sumber 1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test). 2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas……. Sebagai obyek penelitian e. Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa 2. Angket Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif 3. Observasi Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer. 4. Test Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup 5. Catatan lapangan Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini f. Analisis data 1. Kemampuan Berfikir Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II. Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa Skor riil X 4 Skor maks Keterangan: Skor riil : skor total yang diperoleh siswa Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa 4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran ) 2. Hasil Belajar Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007) g. Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi. Siklus I 1. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah : * Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK. * Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai * Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa. * Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis. * Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan 2. Pelaksanaan Tindakan * Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran) * Kegiatan penutup Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya. 4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II Silus II Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I. DAFTAR RUJUKAN Contoh Proposal PTK Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dikutip dari: http://www.sarjanaku.com

Selasa, 13 November 2012

.....