Jumat, 28 Desember 2012

“Eksplorasi Potensi Diri dalam Menggali Pengetahuan menuju Terciptanya Kesadaran Hakiki Perjuangan”

Oleh Muhammad Abdul Nafi' I. PENDAHULUAN Manusia diciptakan di muka bumi tidaklah bebas tanpa batas, yang hanya berfoya-foya mengeksploitasi dan menikmati suguhan sumber daya alam karunia Tuhan yang tiada habis-habisnya, melainkan menjalankan amanah suci, yaitu sebagai abdullah dan khalifatullah fil ard. Manusia yang sejatinya diciptakan oleh Tuhan (Allah SWT) hanya untuk mengabdi kepada-Nya saja ini diungkap oleh Al-Qur’an dalam surat Adz-Dzariat ayat 56:       Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Oleh karena itu, segala aktivitas manusia, baik berupa perilaku (af’al) maupun ucapan (aqwal) dalam kehidupan sehari-hari merupakan pengejawantahan dari penghambaan dirinya kepada Sang Khaliq dan tidak satupun yang tidak dipertanggung jawabkan kepada-Nya. Maka dalam hal ini ketundukan akan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya menjadi konsekuensi logis yang harus dilakukan oleh manusia. Adapun mengenai amanah sebagai khalifah di bumi, Al-Qur’an mengungkapnya dalam surat Al-An’am ayat 165:                •       Artinya: “Dan Dia lah yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Sebagai khalifah di bumi, manusia diberi amanah untuk mengelola, memelihara, dan mendayagunakan seluruh alam semesta ini bagi kepentingan manusia itu sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan hidupnya. Dalam menjalankan amanahnya manusia mengalami dinamika yang tidak terlepas dari pengaruh komunitasnya masing-masing. Komunitas satu dengan komunitas yang lainnya sudah barang tentu berbeda dalam menjalani amanah sebagai abdullah dan khalifatullah fil ard. Perbedaan ini terkait dengan cara pandang yang berbeda-beda di antara mereka. Agar terjadi kesamaan perlu adanya pemahaman bersama akan tujuan dan kebenaran yang bersifat universal. HMI dengan gerakan epistemologinya tampil sebagai sebuah gerakan yang mencoba menjadi katalisator dalam mengupayakan pemahaman bersama akan tujuan dan kebenaran universal tersebut. Di samping itu pula, HMI menjadi salah satu wujud riil dari sebuah wadah perjuangan manusia dalam menjalankan amanahnya di bumi. Perjuangan hendaklah dilakukan secara berjamaah dan dalam keteraturan yang sistematis. Hal ini diungkap dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaf ayat 4: •          • Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Dalam mempersiapkan manusia yang memiliki karakter pejuang dan terwujudnya keistiqomahan estafet perjuangan, HMI memformulasikan berbagai konsep kegiatan yang dikenal dengan istilah “model perkaderan”, yang di dalamnya terdapat tiga konsep besar yaitu pendidikan, kegiatan, dan jaringan. Senior Course (SC) termasuk di dalamnya. Senior Course ditujukan bagi mereka yang sudah melewati fase alur pendidikan sebelumnya, yaitu LK1 dan LK2. Tema besar SC HMI Cabang Semarang ke-19 kali ini adalah “Eksplorasi Semesta Diri Pengader dalam Bingkai Etik Organisasi menuju Kontinuitas Perjuangan”. Pada tema ini penulis membagi menjadi tiga frase, yaitu: pertama, Eksplorasi Semesta Diri Pengader, kedua,Bingkai Etik Organisasi, dan yang ketiga, Kontinuitas Perjuangan. Pada frase pertama, dapat dimaknai bahwa sebagai seorang pengader haruslah mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Potensi pokok yang dimiliki adalah fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dua potensi ini harus difungsikan secara maksimal untuk menggali pengetahuan yang luas, tentunya tidak keluar dari batasan-batasan etis organisasi yang secara filosofis bisa disebut dengan akhlak universal. Dengan begitu, kualitas dan loyalitas pengader dapat mencapai puncaknya, sehingga terbentuklah pengader sempurna (insan kamil), yang pada akhirnya keistiqomahan dalam perjuangan dapat terealisasikan. Berangkat dari pemahaman ini dan dalam upaya merumuskan konsep yang lebih praktis, penulis menyederhanakan tema menjadi “Eksplorasi Potensi Diri dalam Menggali Pengetahuan menuju Terciptanya Kesadaran Hakiki Perjuangan”. Dengan mengeksplor secara maksimal penggunaan potensi yang dimiliki oleh manusia (pengader) dalam menggali pengetahuan, tentunya tidak keluar dari batasan akhlak universal, yang akhirnya terbentuk kesadaran diri, maka keberlangsungan perjuangan akan terealisasikan. Pengader menjadi suri tauladan utama bagi kader-kader yang lain. II. RUMUSAN MASALAH A. Bagaimana mengenal diri? B. Bagaimana menggali pengetahuan? C. Bagaimana mewujudkan kesadaran hakiki perjuangan? III. PEMBAHASAN A. Mengenal Diri Membincang seputar hakikat manusia, akan muncul pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, dari mana, dan kemana manusia itu. Manusia merupakan makhluk Tuhan (Allah SWT) yang memiliki struktur ciptaan paling sempurna dari pada makhluk-makhluk lainnya. Ia diciptakan dengan tujuan tunggal, yaitu mengabdi kepada-Nya. Walaupun memiliki struktur yang sempurna, tetapi pada awalnya sosok manusia lahir tidak memiliki apa-apa, jangankan harta benda, pengetahuan akan dirinya pun tidak dimilikinya. Tuhan memberikan alat untuk mendapatkan pengetahuan berupa fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dengan dua potensi itu pula manusia dapat mengenali dirinya. Pengenalan diri memiliki dua tujuan. Pertama, dengan mengenal diri, manusia dapat memahami Tuhan (Allah SWT) yang merupakan masalah pemikiran manusia dan rahasia alam semesta. Kedua, dapat mengetahui apa yang harus dilakuakan dalam hidup dan bagaimana harus bersikap (akhlak dan perbuatan). Jika manusia tidak mengenali dirinya, niscaya tidak akan pernah mengetahui bagaimana seharusnya akhlak dan perbuatan manusia hidup di dunia ini. Akhlak adalah sejumlah fakultas atau bakat (malakah) yang membentuk diri, sikap, dan perbuatan. Untuk mengetahui rahasia terbesar dan masalah teoritis manusia (Tuhan) tiada jalan lain, kecuali melalui pengenalan terhadap diri. Juga untuk mengetahui masalah amaliah atau praktis terpenting bagi manusia, yaitu akhlak, harus mengetahui diri. Menurut pendapat Amir Daien yang dikutip oleh Abdul Aziz, manusia mempunyai beberapa macam hakikat, yaitu: 1. Manusia itu mempunyai hakikat sebagai makhluk dwi tunggal. Manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu rohaniah dan jasmaniah, unsur halus dan unsur kasar, unsur jiwa dan unsur raga. 2. Manusia mempunyai dua sifat hakiki yaitu sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial. 3. Manusia itu mempunyai hakikat sebagai makhluk susila dan sebagai makhluk ber-Tuhan. Manusia yang mampu mengenal dirinya, niscaya dia akan melihat dirinya sebagai sebuah realitas yang tetap (tidak berubah) di tengah-tengah alam fisik yang selalu berubah ini. Walaupun alam fisik selalu bergerak, ada sebuah hakikat yang memelihara kesatuannya. Misalnya kalau melihat matahari, bulan, dan bumi dari segi fisiknya, maka semua itu selalu berubah, tetapi tak dapat disangkal bahwa ada realitas yang memelihara dan menjaga alam semesta. Seperti halnya diri adalah menjaga badan, begitu pula tubuh fisik menjaga kesatuannya untuk diri. Tubuh manusia bertalian dengan kepribadian rohani dan mental manusia. Pada hakikatnya, kepribadian alam semesta tidak akan pernah berubah dari dimensi kepribadian realitas metafisikanya. Hal ini menunjukan bahwa pengenalan diri adalah titik tolak pengenalan Allah. Sisi lain yang menjadikan diri manusia tanda akan Wujud Allah adalah kecenderungan spiritual manusia. Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh William James selama empat puluh tahun atas jiwa manusia adalah bahwa jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada alam imaterial. Fakta-fakta yang ditemukannya selama penyelidikan berlangsung menunjukan adanya alam metafisika. Kecenderungan spiritual manusialah yang menghubungkannya dengan alam-alam mefisika. Ilham-ilham spiritual, ketuhanan, mencari Tuhan, dan kebajikan selalu ada dalam diri manusia. Manusia hakiki adalah mereka yang menggunakan akalnya dalam memecahkan masalah-masalah fundamental yang dengannya manusia mengetahui jalan kehidupan yang benar. Kemudian ia bersungguh-sungguh dalam melewatinya. Persoalan-persoalan mendasar bagi setiap manusia yang sadar adalah persoalan-persoalan pandangan dunia. Pandangan dunia inilah yang akan menentukan perjalanan hidupnya. Namun, untuk memecahkan masalah ini dibutuhkan usaha-usaha filsafat. Tanpa menggunakan gagasan-gagasan filsafat, manusia sangat sulit untuk memahami kebahagiaan individu dan kebahagiaan sosial, bahkan manusia sangat sulit untuk sampai pada rahasia hakikat manusia dan kesempurnaan hakiki manusia. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan (Allah SWT) yang unik, paling sempurna strukturnya dibandingkan dengan penciptaan makhluk lainnya. Untuk memperoleh pengetahuan, manusia dibekali fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dengan pengetahuan tersebut, diawali dengan mengetahui/ mengenali diri, manusia dapat mengetahui apa dan bagaimana harus berbuat. Apabila dikorelasikan dengan pengader HMI, maka sebagai pengader haruslah mengetahui apa dan bagaimana harus berbuat demi kejayaan perjuangan HMI. Al-Qur’an dan Al-Hadits sudah semestinya menjadi pedoman utama dalam mengiringi perjuangan seorang pengader di HMI. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, seorang pengader akan tercerahkan dan jauh dari kesesatan dalam berbuat. Nabi Muhammad SAW bersabda: لقد تركت فيكم امرين لن تضلوا ما ان تمسكتم بهما كتاب الله و سنة رسوله(رواه مالك) Artinya: “Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, sekali-kali kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepadanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”.(HR. Malik). B. Menggali Pengetahuan Sebelum membahas lebih jauh, pertama yang harus dibahas adalah apa yang dimaksud dengan pengetahuan itu sendiri. Yang dimaksudkan dengan pengetahuan pada pembahasan ini adalah pengetahuan dalam tinjauan epistemologi. Yaitu, pengetahuan yang mencakup segala aspek yang luas. Dalam hal ini, pengetahuan tidak bisa didefinisikan dengan batasan frase-frase. Akan tetapi pengetahuan bisa dijelaskan (bukan mendefinisikan), bahwa pengetahuan adalah “hadirnya sesuatu atau bentuk partikularnya atau konsep umumnya pada maujud mujarad”. Sungguh pun pengetahuan tidak dapat di definisikan, tetapi dapat dibagi menjadi tiga jenis pengetahuan yaitu jenis pengetahuan ilmiah, pengetahuan moral, dan pengetahuan religius. 1. Pengatahuan Ilmiah Pengatahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah. Sedangkan yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sitematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas pesepsi inderawi dan melibatkan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali. Karena pengamatan inderawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja ilmiah sering juga disebut suatu lingkaran atau siklus empiris. 2. Pengetahuan Moral Pengetahuan tentang moral tidak ada kebenaran yang bersifat objektif dan universal. Penelitian dan putusan moral adalah soal perasaan pribadi. 3. Pengetahuan Religius Pengetahuan ini membahas tentang ketuhanan. Untuk menggali pengetahuan diperlukan alat pokok yaitu indra, rasio, dan hati. C. Mewujudkan Kesadaran Hakiki Perjuangan Setelah dipaparkan dua pembahasan di atas, maka pada pembahasan kali ini mengenai bagaimana mewujudkan/ merealisasikan kesadaran pada diri untuk istiqomah berjuang dalam wadah HMI. Beberapa hal yang harus dilakukan agar tumbuh kesadaran adalah sebagai berikut: a. Menyadari kalau pada hakikatnya manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. b. Manusia di muka bumi dibebani (taklif) sebagai khalifatullah, bertanggung jawab melestarikan bumi. c. Manusia diberi potensi indrawi, akal, dan hati agar dimaksimalkan penggunaannya untuk menggali pengetahuan. d. Menyadari semua itu butuh perjuangan secara istiqomah. e. Menyadari perjuangan membutuhkan suatu wadah yang solid, HMI manifestasinya. IV. KESIMPULAN Manusia adalah makhluk yang unik, sempurna struktur penciptaannya. Manusia sejati adalah manusia yang mau berfikir. Untuk menggali pengetahuan, manusia harus melakukan eksplorasi potensi yang dimilikinya, yaitu indra, akal, dan hati. Beberapa hal yang harus dilakukan agar tumbuh kesadaran pada diri pengader adalah sebagai berikut: a. Menyadari kalau pada hakikatnya manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. b. Manusia di muka bumi dibebani (taklif) sebagai khalifatullah, bertanggung jawab melestarikan bumi. c. Manusia diberi potensi indrawi, akal, dan hati agar dimaksimalkan penggunaannya untuk menggali pengetahuan. d. Menyadari semua itu butuh perjuangan secara istiqomah. e. Menyadari perjuangan membutuhkan suatu wadah yang solid, HMI manifestasinya. V. PENUTUP Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan. Hanya sampai di sini maksimalisasi berfikir penulis dalam merumuskan sekelumit karya. Ibarat luasnya samudera, makalah ini mungkin bisa diibaratkan hanya bagian setetes atau dua tetes dari banyaknya air dalam samudera laut tersebut. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat. Amiin. DAFTAR PUSTAKA Agama RI, Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Asy-Syifa’. 1999. Aziz, Abdul. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras. 2009. Fauzi, Muhammad. Hasil-Hasil Muktamar II Pemuda Bulan Bintang. Jakarta: Pengurus Pusat Bulan Bintang. 2006. Gharawiyan, Mohsen. Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam. Jakarta: Sadra Press. 2012. Muhammad Hasby Ashsiddiqy, Tengku. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang : PT Pustaka Rizqi Putra. 2009. Muhammad Taqi Misbah Zahdi, Ayatullah. Buku Daras Filsafat Islam Orientai ke Filsafat Islam Kontemporer. Jakarta: Shadra Press. 2010. Murtadha Muthahhari, Ayatullah. Falsafah Akhlak. Yogyakart: Rausyan Fikr Institute. 2012. Murtadha Muthahhari, Ayatullah. Pengantar Epistemologi Islam. Jakarta: Shadra Press. 2010. Rifa’i, Mohammad. Al-Qur’an dan Terjemahny.. Semarang: CV. WICAKSANA. 2005. Sudarminto, J. Epistimologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius. 2002. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Minggu, 09 Desember 2012

Munas Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)

Munas Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang di Riau, Jumat (30/11/2012) sampai Minggu (2/12/2012) lalu, telah memilih 9 presidium untuk Majelis Nasional KAHMI periode 2012-2017. Mahfud MD terpilih sebagai ketua presidium karena meraih suara terbanyak. Berikut hasil pemilihan dalam Munas KAHMI ke-IX: 1. Mahfud MD (347 suara) 2. Viva Yoga Mauladi (334 suara) 3. Anas Urbaningrum (320 suara) 4. Muhammad Marwan (313 suara) 5. Anis Baswedan (308 suara) 6. Bambang Soesatyo (260 suara) 7. Dr Hj Reni Marlina (192 suara) 8. Ms Kaban (156 suara) 9. Taufiq Hidayat (153 suara) Dari 9 presidium terpilih tersebut, hanya tiga yang berlatar belakang akademisi dan birokrat, yaitu Mahfud MD (MK), Muhammad Marwan (Birokrat), dan Anis Baswedan (Akademisi). Sementara 6 presidium lainnya berlatar belakang politisi. Terpilihnya Mahfud MD disebut merefleksikan keinginan mayoritas peserta Munas IX KAHMI yang lebih suka dipimpin tokoh yang bukan politisi.